BEDA SELERA
Coba bayangkan kejadian ini. Suatu malam kita melihat seorang
pendeta sedang duduk bercengkerama dengan para pemuda di pos
ronda.
Apa reaksi spontan kita? Kita merasa tidak nyaman karena
berpendapat
bahwa pendeta tersebut tidak bisa menjaga wibawanya. Ataukah kita
merasa senang dan kagum karena ada seorang rohaniwan yang bersedia
membaur dengan orang kebanyakan?
Menarik sekali untuk mencari tahu mengapa orang banyak
bersungut-sungut terhadap keputusan Tuhan Yesus yang akan menginap
di rumah Zakheus (ayat 7). Pastilah karena mereka tidak sepakat
dengan keputusan tersebut. Hati mereka terusik karena mereka tahu
siapa itu Zakheus. Mereka berkeyakinan bahwa tidak sepatutnya
orang
saleh bergaul rapat dengan orang yang mereka anggap kurang baik
hidupnya. Celakanya lagi mereka dengan cepat menganggap dirinya
ada
di kubu orang saleh, sehingga mereka sangat terganggu. Di sinilah
akar masalahnya. Mereka memiliki cara pandang yang berseberangan
dengan Tuhan Yesus. Ironisnya, mereka berharap Tuhan Yesus-lah
yang
menyesuaikan diri dengan cara berpikir mereka, dan bukan
sebaliknya.
Apakah kita sering merasa terganggu dengan apa yang Allah
putuskan?
Apakah kita sering merasa tidak mengerti jalan pikiran dan
tindakan
Allah, lalu kita bersungut-sungut? Kalau keyakinan kita banyak
yang
berseberangan dengan Allah, kita akan banyak menemukan konflik
dengan-Nya. Mari kita lihat ulang keyakinan-keyakinan kita. Lalu
bandingkan dengan isi hati Allah. Ketika ada yang tidak sejalan
dengan selera-Nya, kitalah yang perlu menyesuaikan diri
dengan-Nya.
Bukan sebaliknya!
KETIKA KITA BERBEDA SELERA DENGAN ALLAH,
KITA AKAN MENGHADAPI BANYAK MASALAH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar